bilaterals.org logo
bilaterals.org logo
   

Mendag sebut Eropa rewel, sering ngajak bertarung dengan RI

All the versions of this article: [English] [Indonesia]

CNBC Indonesia - 06 June 2023

Mendag sebut Eropa rewel, sering ngajak bertarung dengan RI
By Martyasari Rizky

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) terang-terangan sebut menjalin kerja sama dengan Uni Eropa (UE) belakangan ini menyulitkan. Karena itu, dia mengaku tengah menyiapkan strategi untuk mengantisipasi tingkah UE tersebut.
Zulhas menuturkan, UE kini semakin rumit memberlakukan aturan yang membatasi akses produk Indonesia. Termasuk, kata dia, yang terbaru adalah dengan terbitnya Undang-undang (UU) Deforestasi (EU Deforestation Regulation/ EUDR).

Di mana, akibat UU ini, produk hasil pertanian, perkebunan, dan hasil kayu Indonesia, yaitu kopi, kakao, sapi, kayu, karet, kedelai, juga cokelat dan produk hilir konsumsi turunan minyak sawit berpotensi kena jegal masuk UE. Jika dianggap melakukan atau memicu kerusakan hutan atau deforestasi.

"Salah satu program prioritas pemerintah adalah meningkatkan pasar nontradisional. Karena kalau pasar tradisional itu pasti menurun," kata dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR, Selasa (6/6/2023).

"Eropa sudah pasti pasarnya turun. Kemudian, rewelnya itu, pak. Kotor, tidak mudah, pak. Sulit Eropa sekarang ini. Termasuk UE buat Undang-undang deforestasi yang mewajibkan hasil pertanian kita. Kopi rakyat kecil harus ada sertifikasi nggak rusak lingkungan. Gimana caranya?" tukas Zulhas.

UU itu, lanjutnya, juga membebani petani rakyat lain yang menanam komoditas kakao (coklat), juga kelapa sawit (minyak sawit mentah/ crude palm oil/ CPO), kertas, dan hasil kayu lainnya.

"Dan ini sudah pertarungan lama antara kita dengan UE," ujarnya.

"Termasuk hasil kayu, harus diusut asal-usul dari mana. Kalau merusak hutan nggak boleh. Merusak lingkungan atau tidak, sesuai terjemahan mereka, tergantung mereka," kata Zulhas.

Jajaki Pasar Baru
Karena itu lah, imbuh dia, pemerintah fokus mengembangkan akses pasar ke negara-negara lain, pasar ekspor nontradisional.

Di mana, tahun 2024, dia menargetkan, 34 kesepakatan dalam bentuk preferential trade agreement (PTA/ perjanjian kesepakatan tarif tertentu), free trade agreement (FTA/ perjanjian perdagangan bebas), maupun kerja sama ekonomi komprehensif (Comprehensive Economic Partnership Agreement/ CEPA).

Target itu menjadi indikator Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk tahun 2024. Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekspor barang nonmigas bernilai tambah dan jasa.

"Neraca perdagangan ditargetkan mencapai US$31,6-53,4 miliar. Ekspor nonmigas dengan target 6,4%. FTA, PTA, CEPA yang disepakati dengan target 34 kesepakatan. Ini sangat ambisius,pak. Snagat sulit sebenarnya, tapi kita coba," kata Zulhas.

Salah satu CEPA yang tengah dijajaki pemerintah Indonesia adalah dengan Chile.

Zulhas mengatakan, CEPA itu akan membuka akses Indonesia masuk ke pasar Amerika Latin lainnya, seperti Meksiko.

"Perjanjian ini bagus karena CEPA, komprehensif. Barang kita akan bebas tarif ke Chile dan bisa ke Meksiko dan hampir seluruh Amerika Latin nantinya. Perjanjian ini untuk Merah Putih," pungkas Zulhas.


 source: CNBC Indonesia